Sabtu, 17 Agustus 2013

MU"ZIZAT 2

Apakah Mu'jizat
Menurut saya, kita harus mempunyai gambaran yang jelas apa yang dimaksud dengan sebuah mu'jizat. Berikut ini beberapa definisi:
·    "Sebuah kejadian yang kelihatan begitu tak dapat dijelaskan oleh hukum alam, yang dianggap sebagai gaib dari sumbernya atau sebuah perbuatan Tuhan."
·    "Seseorang, sesuatu atau kejadian yang membangkitkan perasaan kagum."
·    "Sebuah perbuatan di luar kekuasaan manusia, sebuah kemustahilan."
Secara akal semakin besar kemustahilan, semakin besar pula mu'jizatnya. Contohnya, seseorang seharusnya meninggal di hadapan mata kita sendiri dan telah dinyatakan mati oleh seorang paramedis yang berhak melakukannya, kemudian dengan sebuah kekuatan gaib atau sebuah perintah orang suci mayat tersebut 'bangkit!', dan membuat setiap orang keheranan karena orang tersebut bangun dan pergi, kita akan menyebutnya sebagai mu'jizat.
Tetapi jika proses menghidupkan kembali orang mati tersebut terjadi setelah mayat berada di kamar jenazah selama 3 hari, maka kita akan menyambut dengan gembira hal ini sebagai sebuah mu'jizat yang lebih besar. Dan, jika orang mati tersebut dibuat bangkit dari kuburan, satu dekade atau satu abad sesudah tubuhnya membusuk, maka kita akan menyebutnya mu'jizat yang paling besar dari semuanya!
Sebuah Ciri Umum
Sudah menjadi ciri umum manusia sejak jaman dahulu bahwa kapan saja sebuah petunjuk datang dari Tuhan untuk mengarahkan kembali langkah-langkah mereka ke dalam kehendak dan rencana Tuhan; mereka menginginkan bukti gaib dari para utusan Tuhan ini, sebagai pengganti atas penerimaan perintah suci yang dibawakannya.
Sebagai contoh, ketika Yesus mulai mengajarkan kaumnya -"Bani Israel"- untuk memperbaiki jalan mereka dan untuk menahan diri supaya tidak berlaku formal hanya sesuai hukum belaka dan menyerap roh yang benar dari hukum dan perintah Tuhan, kaum yang menginginkan mu'jizat darinya untuk membuktikan kejujurannya, seperti tercatat dalam kitab Injil:
"Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, 'Guru, kami ingin melihat suatu tanda (mu'jizat) daripada Mu' Tetapijawaban-Nya kepada mereka, 'Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda (mu'jizat). Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan TANDA (mu' jizat) selain tanda (mu'jizat) nabi Yunus' [Injil - Matius 12: 38-39 (Ditambah penekanan)].
Meski secara sepintas Yesus menolak memanjakan orang-orang Yahudi di sini, kenyataannya, ia melakukan banyak mu'jizat sebagaimana kita pelajari dari penggambaran Injil.
Kitab Injil penuh dengan kejadian gaib yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kenyataannya semua "tanda" dan "ketakjuban" dan "kemu'jizatan" adalah perbuatan Tuhan, tetapi selama semua mu'jizat itu bekerja melalui perantara manusia, kita melukiskannya sebagai mu'jizat nabi, misalnya Musa Alaihis-salam atau Yesus yang melakukan mu'jizat dengan menggunakan tangan mereka.
Kebiasaan Berlanjut
Sekitar 600 tahun setelah kelahiran Yesus Kristus, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam utusan Allah dilahirkan di Makkah Arab. Ketika ia memproklamasikan misinya pada usia 40 tahun, orang-orang senegerinya, kaum musyrik Makkah membuat permintaan yang sama, yaitu mu'jizat, seperti yang telah dilakukan bangsa Yahudi dari Mesias yang dijanjikan. Jika orang-orang Arab meniru catatan orang Kristen maka gaya penulisannya akan sama. Kebiasaan sejarah berulang dengan sendirinya!
"Dan, mereka (orang-orang kafir Makkah) berkata, 'Mengapa tidak diturunkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat dari Rabb-nya?' ..." (QS. Al-'Ankabuut: 50).
Tanda-tanda! Tanda-tanda Apa?
"Mu'jizat? Serunya, mu'jizat apa yang kamu miliki? Tidakkah kamu sendiri di sana? Tuhan membuat kamu 'membentuk kamu dari sedikit tanah'. Kamu tadinya sesuatu yang kecil, beberapa tahun yang lalu kamu tidak ada sama sekali. Kamu mempunyai kecantikan, kekuatan, fikiran, Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain, Usia tua mendatangi kamu, dan rambut abu-abu; Kekuatanmu memudar menjadi lemah. Kamu rebah diri, dan tidak bangun lagi. 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain'. Ini sangat mengesankan saya: Allah mungkin telah membuatmu tidak mempunyai perasaan kasihan satu sama lain, --Lalu bagaimana! Ini sebuah pemikiran langsung yang besar, pandangan selintas pada tangan pertama sampai sesuatu yang sangat nyata..." (Thomas Carlyle dalam Heroes and Hero-Worship and the Heroic in History).
"Ini Sangat Mengesankan Saya"
Pernyataan ini, yaitu, 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain', sangat berkesan bagi Thomas Carlyle dari pembacaan terjemahan Ingggrisnya, Saya kira, ayat yang membangkitkan perasaan sentimen ini adalah Al-Qur'an, Surat Ar-Ruum ayat 21-, yaitu:
1. "Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari antaramu sendiri, supaya kamu tinggal dalam ketenangan dengan mereka. Dan, Dia meletakkan rasa cinta dan sayang di antaramu (hati). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Terjemahan oleh A. Yusuf Ali, ditambah penekanan)
2. "Dan satu dari tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri untukmu atau jenismu sendiri, supaya kamu dapat tinggal dengan mereka, dan Dia memberikan rasa cinta dan kelembutan diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Terjemahan oleh Pendeta J.M. Rodwell, M.A., ditambah penekanan)
3. "Dengan tanda yang lain Dia memberikan untukmu istri-istri dari antaramu sendiri, supaya kamu dapat hidup dalam kesenangan dengan mereka, dan Dia menanamkan rasa cinta dan kebaikan ke dalam hati-hati kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfkir" (Terjemahan oleh N.J. Dawood, ditambah penekanan)
Contoh pertama berasal dari terjemahan A. Yusuf Ali, seorang Muslim. Yang kedua oleh seorang Pendeta Kristen yaitu Pendeta J.M. Rodwell (M.A.) dan contoh terakhir oleh seorang Yahudi Irak yaitu N.J. Dawood.
Sayangnya Thomas Cariyle tidak mempunyai hubungan dengan mereka karena tidak ada satu pun dari mereka telah melakukannya dalam zamannya. Satu-satunya yang tersedia untuknya pada tahun 1840 sebagaimana dikatakannya pada halaman 85 dalam keterangan bukunya:
"Kita juga dapat membaca Al-Qur'an, terjemahan Al-Qur'an milik kita, oleh Sale, yang dikenal sebagai seorang yang sangat adil." (Ditambah penekanan).
Motifnya Tidak Bersih
Carlyle sangat murah hati terhadap orang senegaranya. Motif George Sale yang mempelopori penterjemahan kitab suci Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris perlu dicurigai. Dia tidak merahasiakan penentangannya terhadap kitab suci Islam tersebut. Pada tahun 1734, dalam kata pengantar terjemahannya ia mengakui tujuannya adalah untuk menyingkap Muhammad dan pemalsuannya: Dia mencatat:
"Siapa yang dapat memahami setiap bahaya dari sebuah pemalsuan yang begitu jelas? ... Orang-orang Protestan sendiri berhasil menyerang Al-Qur'an tersebut; dan bagi mereka, saya percaya, perintah Tuhan telah menyediakan pujian atas kejatuhannya." (George Sale)
Dan ia mulai bekerja dengan terjemahan yang berdasarkan persangkaannya. Anda dapat menilai bagaimana "adil" dan terpelajarnya George Sale dari ayat yang "sangat mengesankan!" (Carlyle). Bandingkan dengan 3 contoh yang telah diberikan oleh seorang Muslim, Kristen dan Yahudi:
"Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri untukmu dari antaramu sendiri, Supaya kamu berhubungan seks dengan mereka, dan meletakkan rasa cinta dan kasih di antaramu." (Ditambah penekanan)
Saya fikir George Sale bukanlah "seorang laki-laki dengan sifat patriotik berlebihan" pada jamannya untuk melukiskan pasangan kita, para istri atau suami sebagai obyek seksual. Dia hanya berpegang pada janjinya, yang diabaikan Carlyle.
Kata Arab yang ia (Sale) selewengkan adalah "litas-kunoo" yang berarti untuk mendapatkan kedamaian, hiburan, ketenangan atau ketentraman; dan bukan "hubungan seks" yang berarti "untuk hidup bersama dalam sebuah hubungan seksual ketika belum sah menikah". (Kamus umum "The Reader's Digest")
Setiap kata teks Al-Qur'an telah dipilih dengan teliti, ditulis dan ditempatkan sendiri oleh Yang Maha Bijaksana. Mereka membawa "sidik jari" dan tanda-tanda Tuhan. Dan walaupun begitu, secara spritual menyebabkan penuh prasangka....
Apakah Mukzizat? Maksudnya beberapa jenis tanda khusus atau mu'jizat seperti perintah pikiran kafir quraisy kala itu. Segala sesuatu mungkin bagi Tuhan, tetapi Tuhan tidak akan menyenangkan hati orang-orang bodoh tersebut atau mendengarkan permintaan mereka yang salah. Dia telah mengirim utusan-Nya untuk menerangkan tanda-tanda-Nya dengan jelas, dan untuk mengingatkan mereka akibat penolakan tersebut. Apakah hal itu belum cukup? Kecenderungan permintaan mereka umumnya seperti berikut:
Dalam istilah khusus mereka meminta ia --Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam-- 'Letakkan tangga sampai ke surga dan bawa turun sebuah kitab dari Tuhan benar-benar di depan mata mereka' --"Kemudian kami akan percaya," kata mereka. Atau 'Kamu lihat gunung disebelah sana, ubahlah gunung tersebut menjadi emas'-- "Kemudian kami akan percaya," atau 'Buat aliran air memancar pada padang pasir'-- "Kemudian kami akan percaya".
Sekarang dengarkan alasan lembut dan manis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menghadapi permintaan orang-orang musyrik yang tidak masuk akal dan meragukan --"Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya saya seorang malaikat? Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya di tangankulah harta Tuhan? Saya hanya mengatakan, apa yang diwahyukan kepadaku itulah yang saya ikuti."
Dengarkan lebih lanjut jawaban paling mulia yang diperintahkan Tuhan-Nya untuk diberikan kepada orang-orang yang tidak percaya:
"Katakanlah (hai Muhammad), 'Sesungguhnya tanda-tanda (mu'jizat-mu'jizat) itu terserah kepada Allah. Dan, sesungguhnya aku hanyalah seorang pemberi peringatan yang nyata'..." (QS. Al-'Ankabuut: 50).
Dalam ayat berikut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diminta menunjuk Al-Qur'an sendiri sebagai jawaban terhadap permintaan mereka yang bersifat munafik tersebut untuk beberapa jenis khusus "tanda" khusus atau "mu'jizat" yang diidam-idamkan orang-orang bodoh, penyembah berhala. Tentu saja semua mu'jizat adalah "tanda-tanda"; dan itulah ketidak-percayaan mereka, keragu-raguan mereka, kurangnya iman memotivasi mereka meminta sebuah tanda. Mereka diminta untuk --'Lihat pada Al-Qur'an" dan lagi, "Lihat Al-Qur'an!"
"Dan. apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-'Ankabuut: 51).
Sebagai bukti kepenulisan Tuhan dan mu'jizat alamiah kitab suci Al-Qur'an, diberikan dua argumen oleh Yang Maha Kuasa sendiri:
1. "Bahwa Kami" (Tuhan Yang Maha Kuasa) telah mewahyukan kepada "kamu" (Muhammad!) "Al-Kitab kepada kamu" yang benar-benar seni orang yang tidak berpendidikan. Seorang nabi yang "Ummi". Seorang yang tidak dapat membaca dan menulis. Seorang yang tidak dapat menulis namanya sendiri.
Selain itu penulis (Tuhan Yang Maha Kuasa) sendiri memberikan kesaksian atas kejujuran Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa ia tidak akan pernah dapat mengubah isi Al-Qur'an; ia tidak mungkin menjadi penulisnya:
"Dan, kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar benar ragulah orang yang mengingkari (mu)." (QS. Al-'Ankabuut: 48).
Penulis Al-Qur'an sedang memberi alasan kepada kita, bahwa jika Muhammad seorang terpelajar, dan jika ia dapat membaca dan menulis, maka dalam kasus tersebut omongan di tempat-tempat belanja mempunyai beberapa pembenaran untuk meragukan pernyataan bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan.
Dalam kejadian Muhammad menjadi seorang terpelajar, tuduhan penentangnya bahwa ia mungkin menyalin kitabnya (Al-Qur'an) dari tulisan orang-orang Yahudi dan Kristen, atau mungkin ia telah mempelajari Aristotle dan Plato, atau ia tentunya telah membaca Taurat, Zabur dan Injil dan mengulangi semuanya dalam sebuah bahasa yang indah, mungkin membawa beberapa bobot. Kemudian, "Para pembicara kesombongan" mungkin mempunyai sebuah titik. Tetapi walau alasan bohong di atas kertas tipis ini telah disangkal terhadap orang yang tidak percaya dan pengejek: Sebuah titik yang hampir tidak cukup besar untuk menggantung seekor lalat!
2. "Kitab tersebut?" Ya, "kitab" itu sendiri, membawa bukti yang membuktikan kepenulisan Tuhan. Pelajari kitab tersebut dari berbagai sudut. Periksa dengan teliti. Mengapa tidak menerima tantangan penulis jika Anda benar-benar ragu atas keasliannya?
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an itu? Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisaa': 82).
Tak dapat dibayangkan ada seorang penulis manusia tetap konsisten dalam pengajaran dan da'wahnya selama periode waktu 2 dekade lebih. Sejak usia 40 tahun, ketika Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima seruan pertamanya dari surga sampai umur 63 tahun saat ia menghembuskan nafas terakhir, selama 23 tahun nabi suci tersebut melakukan dan mengajarkan Islam. Dalam 23 tahun itu, Ia mengalami perselisihan yang sangat keras yang mengubah hidupnya.
Setiap manusia, selama dalam suatu misi tersebut, akan dipaksa oleh keadaan untuk berkompromi "secara terhormat", dan tidak dapat menolong pertentangan dalam dirinya sendiri. Tidak ada seorang manusia dapat menulis selalu sama, seperti perintah suci Al-Qur'an yang: "Konsisten dengan sendirinya", keseluruhan! Atau apakah hal itu yang menyebabkan orang-orang yang tidak percaya keberatan, benar-benar membantah, keras kepala, terhadap cahaya dan pembenaran mereka sendiri yang lebih baik?
Lebih jauh lagi, Al-Qur'an berisi atau menyinggung banyak hal yang berhubungan dengan alam raya yang tidak dikenal manusia sebelumnya yang secara berurutan melalui evolusi dan penemuan ilmu pengetahuan telah penuh dikonfirmasikan --sebuah lahan dimana pikiran yang tidak terdidik akan sangat kehilangan keliaran dan spekulasi yang bertentangan!
Sekali lagi, ketika beberapa orang pengejek dan sembrono meminta mu'jizat dari Nabi Tuhan, ia diminta untuk menunjukkan Al-Qur'an --Perintah suci dari Yang Maha Tinggi-- sebagai "Mu'jizat". Mu'jizat dari berbagai mu'jizat! Dan orang-orang arif, orang-orang yang berhubungan dengan kesusasteraan dan berwawasan spiritual, orang yang cukup jujur terhadap diri mereka sendiri, mengenali dan menerima Al-Qur'an sebagai mu'jizat yang sebenarnya.
"Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan, tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS. Al-'Ankabuut: 49)