Sabtu, 24 November 2012

Malam Kemulyaan


Ada hal menarik dari pembicaraan santai yang saya lakukan dengan beberapa orang teman, dari awal ramadhan sampai dengan saat saya menulis catatan ini, meskipun teman berbincang ini berbeda, orang, tempat dan waktunya, kadang ada yang menyampaikan hal baru, bahkan ada yang malah menyampaikan pertanyaan baru.  Terkait dengan perintah berpuasa di bulan ramadhan.

Kenapa mesti dibulan ramadhan? Dalam catatan saya yang lain, saya sempat menyinggung tentang betapa istimewanya bulan ini, dan sekarang kita akan coba pertajam kembali. 

bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan  Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda . Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir  di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan , maka , sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.  Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(Al Baqarah : 185)

Dari ayat diatas, ternyata perintah berpuasa di bulan Ramadhan terkait dengan turunnya Al-Qur’an.  Al-Qur’an berisi penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda, mengarahkan dan membimbing segala prilaku kita untuk kembali pada fitrah kesucian sebagaimana Allah menciptakan manusia pada awalnya sesuai dengan fitrah.  Sedangkan turunnya Al-Qur’an itu bisa kita baca pada surah :

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya  pada malam kemuliaan .
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu  kesejahteraan sampai terbit fajar. (Al Qadr : 1-5)

Barang siapa dalam puasanya itu mampu menjaga segala nafsu yang buruk (dengan menahan lapar dan dahaga), maka Allah akan menurunkan hikmah ke dalam dadanya pada malam yang disebut dengan Lailatul qadr (malam kemulyaan) dengan perantaraan para malaikat dan Jibril.  Oleh sebab itu kita dianjurkan “membaca” Al Qur’an sepanjang bulan ramadhan, teristimewa pada sepuluh malam terakhir.  Kenapa demikian? Sebab, jiwa kita semakin suci sebagai dampak berpuasa selama 20 hari sebelumnya.  Suci karena kita semakin dekat "meneladani" sifat-sifat Allah dengan berpuasa.  Karena Puasa adalah unik, yang balasannya 'terserah" Allah, berbeda dengan ibadah-ibadah wajib lainnya yang mempunyai nilai lebih jelas.

Kesucian jiwa ini lah yang memudahkan kita lebih khusyuk dalam mengkaji Al Qur’an, sehingga Allah turunkan hikmah yang mendalam terhadap isinya. 

Orang-orang yang memperoleh hikmah dikatakan sebagai orang yang sangat beruntung, dan memperoleh karunia yang banyak.  Itulah yang diistilahkan dengan malam yang memiliki nilai lebih tinggi dari 1.000 bulan.

Demi Kitab  yang menjelaskan,
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi  dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,(Ad Dukhaan : 2-4)

Dari ayat diatas, terutama pada tulisan yang saya BOLD, Allah akan membukakan hikmah al Qur'an pada malam yang mulya itu dengan perntara malaikatnya, bagi orang-orang yang khusyu' dalam puasanya.

Oleh karena itulah, I’tikaf banyak dilakukan pada 10 malam terakhir ini, dengan tujuan memfokuskan diri untuk mengkaji Al Qur’an.   Baik itu di masjid, di mushola, ataupun dirumah, ataupun dengan menggelar sajadah ditempat terbuka dimuka bumi, karena bumi dan langit ini adalah sajadah dan masjid kita yang sesungguhnya, dimana kita menggelar shalat, dzikir dan tafakur sepanjang hidup.

Manfaatkanlah kesungguhan pada bulan ini sebagai bulan untuk belajar Al-Qur’an dalam arti yang sesungguhnya, bukan hanya sekedar mengejar target untuk khatam tanpa memahami maknanya, karena dengan memahami maknanya insya Allah kita akan memperoleh hikmah luar biasa yang terkandung didalamnya.

Bukan pula main “cegat-cegatan” menyongsong malam lailatul qadar pada malam-malam ganjil, seolah kita menunggu datangnya undian dari langit.  Bukan kepada mereka yang sekedar “mencegat” datangnya sebuah malam, karena, ketika di Indonesia sedang malam hari, maka tahukah kita, bahwa dibelahan bumi lain sedang siang hari.

Dengan demikian, bila telah tiba masa berakhirnya pen-sucian diri dengan berpuasa dibulan ramadhan, kita akan kembali menjadi manusia "fitrah" ibarat bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya....

Demikian catatan sederhana ini, selamat beribadah, semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita. wallahu’alam bissawab…