Apakah Mu'jizat
Menurut
saya, kita harus mempunyai gambaran yang jelas apa yang dimaksud dengan sebuah
mu'jizat. Berikut ini beberapa definisi:
· "Sebuah kejadian yang kelihatan begitu
tak dapat dijelaskan oleh hukum alam, yang dianggap sebagai gaib dari sumbernya
atau sebuah perbuatan Tuhan."
· "Seseorang, sesuatu atau kejadian yang
membangkitkan perasaan kagum."
· "Sebuah perbuatan di luar kekuasaan
manusia, sebuah kemustahilan."
Secara
akal semakin besar kemustahilan, semakin besar pula mu'jizatnya. Contohnya,
seseorang seharusnya meninggal di hadapan mata kita sendiri dan telah
dinyatakan mati oleh seorang paramedis yang berhak melakukannya, kemudian
dengan sebuah kekuatan gaib atau sebuah perintah orang suci mayat tersebut
'bangkit!', dan membuat setiap orang keheranan karena orang tersebut bangun dan
pergi, kita akan menyebutnya sebagai mu'jizat.
Tetapi
jika proses menghidupkan kembali orang mati tersebut terjadi setelah mayat
berada di kamar jenazah selama 3 hari, maka kita akan menyambut dengan gembira
hal ini sebagai sebuah mu'jizat yang lebih besar. Dan, jika orang mati tersebut
dibuat bangkit dari kuburan, satu dekade atau satu abad sesudah tubuhnya
membusuk, maka kita akan menyebutnya mu'jizat yang paling besar dari semuanya!
Sebuah Ciri Umum
Sudah
menjadi ciri umum manusia sejak jaman dahulu bahwa kapan saja sebuah petunjuk
datang dari Tuhan untuk mengarahkan kembali langkah-langkah mereka ke dalam
kehendak dan rencana Tuhan; mereka menginginkan bukti gaib dari para utusan
Tuhan ini, sebagai pengganti atas penerimaan perintah suci yang dibawakannya.
Sebagai
contoh, ketika Yesus mulai mengajarkan kaumnya -"Bani Israel"- untuk
memperbaiki jalan mereka dan untuk menahan diri supaya tidak berlaku formal
hanya sesuai hukum belaka dan menyerap roh yang benar dari hukum dan perintah
Tuhan, kaum yang menginginkan mu'jizat darinya untuk membuktikan kejujurannya,
seperti tercatat dalam kitab Injil:
"Pada
waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, 'Guru,
kami ingin melihat suatu tanda (mu'jizat) daripada Mu' Tetapijawaban-Nya kepada
mereka, 'Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda
(mu'jizat). Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan TANDA (mu' jizat) selain
tanda (mu'jizat) nabi Yunus' [Injil - Matius 12: 38-39 (Ditambah penekanan)].
Meski
secara sepintas Yesus menolak memanjakan orang-orang Yahudi di sini,
kenyataannya, ia melakukan banyak mu'jizat sebagaimana kita pelajari dari
penggambaran Injil.
Kitab
Injil penuh dengan kejadian gaib yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya.
Kenyataannya semua "tanda" dan "ketakjuban" dan
"kemu'jizatan" adalah perbuatan Tuhan, tetapi selama semua mu'jizat
itu bekerja melalui perantara manusia, kita melukiskannya sebagai mu'jizat
nabi, misalnya Musa Alaihis-salam atau Yesus yang melakukan mu'jizat dengan
menggunakan tangan mereka.
Kebiasaan Berlanjut
Sekitar
600 tahun setelah kelahiran Yesus Kristus, Muhammad Shallallahu Alaihi wa
Sallam utusan Allah dilahirkan di Makkah Arab. Ketika ia memproklamasikan
misinya pada usia 40 tahun, orang-orang senegerinya, kaum musyrik Makkah
membuat permintaan yang sama, yaitu mu'jizat, seperti yang telah dilakukan
bangsa Yahudi dari Mesias yang dijanjikan. Jika orang-orang Arab meniru catatan
orang Kristen maka gaya penulisannya akan sama. Kebiasaan sejarah berulang
dengan sendirinya!
"Dan, mereka (orang-orang kafir Makkah) berkata, 'Mengapa
tidak diturunkan kepadanya mu'jizat-mu'jizat dari Rabb-nya?' ..." (QS.
Al-'Ankabuut: 50).
Tanda-tanda! Tanda-tanda Apa?
"Mu'jizat?
Serunya, mu'jizat apa yang kamu miliki? Tidakkah kamu sendiri di sana? Tuhan
membuat kamu 'membentuk kamu dari sedikit tanah'. Kamu tadinya sesuatu yang
kecil, beberapa tahun yang lalu kamu tidak ada sama sekali. Kamu mempunyai
kecantikan, kekuatan, fikiran, Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain,
Usia tua mendatangi kamu, dan rambut abu-abu; Kekuatanmu memudar menjadi lemah.
Kamu rebah diri, dan tidak bangun lagi. 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu
sama lain'. Ini sangat mengesankan saya: Allah mungkin telah membuatmu tidak
mempunyai perasaan kasihan satu sama lain, --Lalu bagaimana! Ini sebuah
pemikiran langsung yang besar, pandangan selintas pada tangan pertama sampai
sesuatu yang sangat nyata..." (Thomas Carlyle dalam Heroes and
Hero-Worship and the Heroic in History).
"Ini Sangat Mengesankan Saya"
Pernyataan
ini, yaitu, 'Kamu mempunyai perasaan kasihan satu sama lain', sangat berkesan
bagi Thomas Carlyle dari pembacaan terjemahan Ingggrisnya, Saya kira, ayat yang
membangkitkan perasaan sentimen ini adalah Al-Qur'an, Surat Ar-Ruum ayat 21-,
yaitu:
1. "Dan di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari antaramu sendiri, supaya kamu
tinggal dalam ketenangan dengan mereka. Dan, Dia meletakkan rasa cinta dan
sayang di antaramu (hati). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Terjemahan oleh A. Yusuf
Ali, ditambah penekanan)
2. "Dan satu dari tanda-tanda-Nya ialah Dia
menciptakan istri-istri untukmu atau jenismu sendiri, supaya kamu dapat tinggal
dengan mereka, dan Dia memberikan rasa cinta dan kelembutan diantaramu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir." (Terjemahan oleh Pendeta J.M. Rodwell, M.A., ditambah
penekanan)
3. "Dengan tanda yang lain Dia memberikan
untukmu istri-istri dari antaramu sendiri, supaya kamu dapat hidup dalam
kesenangan dengan mereka, dan Dia menanamkan rasa cinta dan kebaikan ke dalam
hati-hati kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfkir" (Terjemahan oleh N.J. Dawood, ditambah
penekanan)
Contoh
pertama berasal dari terjemahan A. Yusuf Ali, seorang Muslim. Yang kedua oleh
seorang Pendeta Kristen yaitu Pendeta J.M. Rodwell (M.A.) dan contoh terakhir
oleh seorang Yahudi Irak yaitu N.J. Dawood.
Sayangnya
Thomas Cariyle tidak mempunyai hubungan dengan mereka karena tidak ada satu pun
dari mereka telah melakukannya dalam zamannya. Satu-satunya yang tersedia
untuknya pada tahun 1840 sebagaimana dikatakannya pada halaman 85 dalam
keterangan bukunya:
"Kita juga dapat membaca Al-Qur'an, terjemahan Al-Qur'an
milik kita, oleh Sale, yang dikenal sebagai seorang yang sangat adil."
(Ditambah penekanan).
Motifnya Tidak Bersih
Carlyle
sangat murah hati terhadap orang senegaranya. Motif George Sale yang
mempelopori penterjemahan kitab suci Al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris perlu
dicurigai. Dia tidak merahasiakan penentangannya terhadap kitab suci Islam
tersebut. Pada tahun 1734, dalam kata pengantar terjemahannya ia mengakui
tujuannya adalah untuk menyingkap Muhammad dan pemalsuannya: Dia mencatat:
"Siapa
yang dapat memahami setiap bahaya dari sebuah pemalsuan yang begitu jelas? ...
Orang-orang Protestan sendiri berhasil menyerang Al-Qur'an tersebut; dan bagi
mereka, saya percaya, perintah Tuhan telah menyediakan pujian atas
kejatuhannya." (George Sale)
Dan
ia mulai bekerja dengan terjemahan yang berdasarkan persangkaannya. Anda dapat
menilai bagaimana "adil" dan terpelajarnya George Sale dari ayat yang
"sangat mengesankan!" (Carlyle). Bandingkan dengan 3 contoh yang
telah diberikan oleh seorang Muslim, Kristen dan Yahudi:
"Dan
di antara tanda-tanda-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri untukmu dari
antaramu sendiri, Supaya kamu berhubungan seks dengan mereka, dan meletakkan
rasa cinta dan kasih di antaramu." (Ditambah penekanan)
Saya
fikir George Sale bukanlah "seorang laki-laki dengan sifat patriotik
berlebihan" pada jamannya untuk melukiskan pasangan kita, para istri atau
suami sebagai obyek seksual. Dia hanya berpegang pada janjinya, yang diabaikan
Carlyle.
Kata
Arab yang ia (Sale) selewengkan adalah "litas-kunoo" yang berarti
untuk mendapatkan kedamaian, hiburan, ketenangan atau ketentraman; dan bukan
"hubungan seks" yang berarti "untuk hidup bersama dalam sebuah
hubungan seksual ketika belum sah menikah". (Kamus umum "The Reader's
Digest")
Setiap
kata teks Al-Qur'an telah dipilih dengan teliti, ditulis dan ditempatkan
sendiri oleh Yang Maha Bijaksana. Mereka membawa "sidik jari" dan
tanda-tanda Tuhan. Dan walaupun begitu, secara spritual menyebabkan penuh
prasangka....
Apakah
Mukzizat? Maksudnya beberapa jenis tanda khusus atau mu'jizat seperti perintah
pikiran kafir quraisy kala itu. Segala sesuatu mungkin bagi Tuhan, tetapi Tuhan
tidak akan menyenangkan hati orang-orang bodoh tersebut atau mendengarkan
permintaan mereka yang salah. Dia telah mengirim utusan-Nya untuk menerangkan
tanda-tanda-Nya dengan jelas, dan untuk mengingatkan mereka akibat penolakan
tersebut. Apakah hal itu belum cukup? Kecenderungan permintaan mereka umumnya
seperti berikut:
Dalam
istilah khusus mereka meminta ia --Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam--
'Letakkan tangga sampai ke surga dan bawa turun sebuah kitab dari Tuhan
benar-benar di depan mata mereka' --"Kemudian kami akan percaya,"
kata mereka. Atau 'Kamu lihat gunung disebelah sana, ubahlah gunung tersebut
menjadi emas'-- "Kemudian kami akan percaya," atau 'Buat aliran air
memancar pada padang pasir'-- "Kemudian kami akan percaya".
Sekarang
dengarkan alasan lembut dan manis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
menghadapi permintaan orang-orang musyrik yang tidak masuk akal dan meragukan
--"Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya saya seorang malaikat?
Apakah saya berkata kepadamu, sesungguhnya di tangankulah harta Tuhan? Saya
hanya mengatakan, apa yang diwahyukan kepadaku itulah yang saya ikuti."
Dengarkan
lebih lanjut jawaban paling mulia yang diperintahkan Tuhan-Nya untuk diberikan
kepada orang-orang yang tidak percaya:
"Katakanlah (hai Muhammad), 'Sesungguhnya tanda-tanda
(mu'jizat-mu'jizat) itu terserah kepada Allah. Dan, sesungguhnya aku hanyalah seorang
pemberi peringatan yang nyata'..." (QS. Al-'Ankabuut: 50).
Dalam
ayat berikut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diminta menunjuk
Al-Qur'an sendiri sebagai jawaban terhadap permintaan mereka yang bersifat
munafik tersebut untuk beberapa jenis khusus "tanda" khusus atau
"mu'jizat" yang diidam-idamkan orang-orang bodoh, penyembah berhala.
Tentu saja semua mu'jizat adalah "tanda-tanda"; dan itulah
ketidak-percayaan mereka, keragu-raguan mereka, kurangnya iman memotivasi
mereka meminta sebuah tanda. Mereka diminta untuk --'Lihat pada Al-Qur'an"
dan lagi, "Lihat Al-Qur'an!"
"Dan. apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran
bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-'Ankabuut: 51).
Sebagai
bukti kepenulisan Tuhan dan mu'jizat alamiah kitab suci Al-Qur'an, diberikan
dua argumen oleh Yang Maha Kuasa sendiri:
1.
"Bahwa Kami" (Tuhan Yang Maha Kuasa) telah mewahyukan kepada
"kamu" (Muhammad!) "Al-Kitab kepada kamu" yang benar-benar
seni orang yang tidak berpendidikan. Seorang nabi yang "Ummi".
Seorang yang tidak dapat membaca dan menulis. Seorang yang tidak dapat menulis
namanya sendiri.
Selain
itu penulis (Tuhan Yang Maha Kuasa) sendiri memberikan kesaksian atas kejujuran
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menyatakan bahwa ia tidak akan
pernah dapat mengubah isi Al-Qur'an; ia tidak mungkin menjadi penulisnya:
"Dan, kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur'an)
sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan
kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar benar ragulah orang
yang mengingkari (mu)." (QS. Al-'Ankabuut: 48).
Penulis
Al-Qur'an sedang memberi alasan kepada kita, bahwa jika Muhammad seorang
terpelajar, dan jika ia dapat membaca dan menulis, maka dalam kasus tersebut
omongan di tempat-tempat belanja mempunyai beberapa pembenaran untuk meragukan
pernyataan bahwa Al-Qur'an adalah firman Tuhan.
Dalam
kejadian Muhammad menjadi seorang terpelajar, tuduhan penentangnya bahwa ia
mungkin menyalin kitabnya (Al-Qur'an) dari tulisan orang-orang Yahudi dan
Kristen, atau mungkin ia telah mempelajari Aristotle dan Plato, atau ia
tentunya telah membaca Taurat, Zabur dan Injil dan mengulangi semuanya dalam
sebuah bahasa yang indah, mungkin membawa beberapa bobot. Kemudian, "Para
pembicara kesombongan" mungkin mempunyai sebuah titik. Tetapi walau alasan
bohong di atas kertas tipis ini telah disangkal terhadap orang yang tidak
percaya dan pengejek: Sebuah titik yang hampir tidak cukup besar untuk
menggantung seekor lalat!
2.
"Kitab tersebut?" Ya, "kitab" itu sendiri, membawa bukti
yang membuktikan kepenulisan Tuhan. Pelajari kitab tersebut dari berbagai
sudut. Periksa dengan teliti. Mengapa tidak menerima tantangan penulis jika
Anda benar-benar ragu atas keasliannya?
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an itu?
Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan berasal dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (QS. An-Nisaa': 82).
Tak
dapat dibayangkan ada seorang penulis manusia tetap konsisten dalam pengajaran
dan da'wahnya selama periode waktu 2 dekade lebih. Sejak usia 40 tahun, ketika
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menerima seruan pertamanya dari surga
sampai umur 63 tahun saat ia menghembuskan nafas terakhir, selama 23 tahun nabi
suci tersebut melakukan dan mengajarkan Islam. Dalam 23 tahun itu, Ia mengalami
perselisihan yang sangat keras yang mengubah hidupnya.
Setiap
manusia, selama dalam suatu misi tersebut, akan dipaksa oleh keadaan untuk
berkompromi "secara terhormat", dan tidak dapat menolong pertentangan
dalam dirinya sendiri. Tidak ada seorang manusia dapat menulis selalu sama,
seperti perintah suci Al-Qur'an yang: "Konsisten dengan sendirinya",
keseluruhan! Atau apakah hal itu yang menyebabkan orang-orang yang tidak
percaya keberatan, benar-benar membantah, keras kepala, terhadap cahaya dan
pembenaran mereka sendiri yang lebih baik?
Lebih
jauh lagi, Al-Qur'an berisi atau menyinggung banyak hal yang berhubungan dengan
alam raya yang tidak dikenal manusia sebelumnya yang secara berurutan melalui
evolusi dan penemuan ilmu pengetahuan telah penuh dikonfirmasikan --sebuah lahan
dimana pikiran yang tidak terdidik akan sangat kehilangan keliaran dan
spekulasi yang bertentangan!
Sekali
lagi, ketika beberapa orang pengejek dan sembrono meminta mu'jizat dari Nabi
Tuhan, ia diminta untuk menunjukkan Al-Qur'an --Perintah suci dari Yang Maha
Tinggi-- sebagai "Mu'jizat". Mu'jizat dari berbagai mu'jizat! Dan
orang-orang arif, orang-orang yang berhubungan dengan kesusasteraan dan
berwawasan spiritual, orang yang cukup jujur terhadap diri mereka sendiri,
mengenali dan menerima Al-Qur'an sebagai mu'jizat yang sebenarnya.
"Sebenarnya Al-Qur'an itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan, tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim." (QS. Al-'Ankabuut: 49)