Rabu, 18 Mei 2011

Adam bukan manusia pertama?

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:  "Mengapa Engkau hendak menjadikan  di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:  "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs. Al Baqarah (2) : 30)

Di awali dari firman Allah SWT di atas, ketika Allah SWT hendak menjadikan Adam As sebagai khalifah dimuka bumi, para malaikat mempertanyakan ‘pelantikan’ beliau.  Mengapa?  Apabila kita perhatikan dialog antara Allah dengan para malaikat Nya ini, kita bakal bertanya, ‘kok’ malaikat tahu bahwa, jika Allah akan menjadikan Adam sebagai khalifah dipermukaan bumi, nantinya bakalan membuat kerusakan di bumi?? Apa sih pengertian khalifah sebenarnya?  Bukankah seorang khalifah itu mempunyai umat?? Apakah pada masa itu sudah ada manusia lain sehingga Allah tidak mengatakan ‘menciptakan’ manusia baru sebagai khalifah? Justru menyebut kata “menjadikan” yang lebih mengisyaratkan makna “memilih” satu diantara sekian banyak manusia yang akan memimpin bumi?

Yang jelas, pada masa itu Adam dijadikan khalifah sama seperti nabi-nabi lainnya, yaitu mempunyai umat yang harus dipimpin.

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (Qs. Ali Imran (3) : 33)

Mungkin kita akan kembali berfikir, apakah itu artinya Adam dilahirkan dari manusia-manusia sebelumnya?  Sebab gambaran kita selama ini adalah; Allah menciptakan Adam dari tanah, lalu membentuknya seperti boneka dan meniupkan sebagian ruh Nya kedalamnya dengan kalimat “Kun Fa Ya Kun”… Kalau kita mengatakan Adam ternyata memang dilahirkan, artinya Adam adalah mahluk yang mengalami evolusi dan artinya lagi kita mendukung “Teori Evolusi Darwin”, donk..???

Bisa jadi Adam itu dilahirkan, sebab dalam surah dan ayat yang lain, Allah menyamakan penciptaan nabi Isa as sama dengan penciptaan nabi Adam as.

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (QS. Ali Imran (3) : 59)

Dari ayat di atas, Allah mengatakan bahwa penciptaan Isa adalah sama seperti penciptaan Adam, jika boleh saya katakan artinya Allah juga mengisyaratkan penciptaan Adam juga sama dengan penciptaan Isa.  Kalau Isa dilahirkan tanpa Ayah hanya dari seorang perempuan tanpa ‘hubungan’ dengan pasangannya, begitupun dengan Adam, dilahirkan dari seorang perempuan tanpa ‘hubungan’ dengan pasangannya juga.

ketika  Tuhanmu  berfirman  kepada   malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia (Basyar) dari tanah".
Maka  apabila telah Kusempurnakan kejadiannya  dan Kutiupkan kepadanya ruh Ku;   maka hendaklah  kamu  tersungkur dengan  bersujud kepadanya".(QS.As Shaad (38) : 71 – 72)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (insaan) dari tanah liat kering  dari lumpur hitam yang diberi bentuk (Qs. Al Hijr (15) : 26) 

Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (29)

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, (30)(Qs. Al Hijr (15) : 29-30)

Ayat di atas menginformasikan pada kita, bahwa Allah menciptakan manusia (basyar), lalu setelah sempurna kejadiannya dan ditiupkan Ruh Allah padanya, maka malaikat diperintah sujud pada manusia (insan) yang disebut Adam.

Sebagai keterangan tambahan perlu saya sertakan dalam tulisan ini, kutipan dari sebuah buku karangan Harun Yahya mengenai hasil penelitian oleh ahli paleontologi terkenal, Mary Leakey, tahun 1977 di daerah Laetoli, Tanzania:

"Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan kapan manusia pertama kali muncul di Bumi, kita harus meninjau kembali catatan fosil. Catatan ini menunjukkan bahwa umat manusia di bumi sudah berusia jutaan tahun.
            Penemuan ini terdiri atas kerangka dan tengkorak kepala manusia, dan jejak peninggalan berbagai bangsa yang hidup di zaman yang berbeda. Salah satu peninggalan manusia tertua adalah "jejak kaki" yang ditemukan oleh ahli paleontologi terkenal, Mary Leakey, tahun 1977 di daerah Laetoli,   
Tanzania.Peninggalan ini amat menghebohkan dunia ilmiah. Menurut riset, usia lapisan tempat jejak kaki ini ditemukan adalah 3,6 juta tahun. Russell Tuttle, yang menyaksikan jejak kaki itu, menulis: Jejak kaki itu mungkin berasal dari seorang Homo sapiens yang bertubuh kecil, tanpa alas kaki… Ciri morfologis yang dapat dikenali pada kaki makhluk yang meninggalkan jejak tersebut tak bisa dibedakan dengan kaki manusia modern.
Penelitian objektif atas jejak kaki itu mengungkapkan pemilik kaki yang sebenarnya. Dua puluh buah tapak kaki itu, yang sudah menjadi fosil, berasal dari manusia modern yang berusia 10 tahun, dan 27 buah tapak kaki lainnya berasal dari manusia yang bahkan lebih muda.”

Barangkali sudah cukup jelas bagi kita, bahwa dari penemuan bukti-bukti sejarah di atas membantah adanya teori evolusi Darwin yang intinya menyatakan bahwa manusia merupakan evolusi dari kera.  

Dikatakan dengan jelas jika kera pada masa itu tidak mengalami evolusi, begitupun dengan manusia.  Intinya, kera pada jaman itu memang sudah ada, dan manusia pun sudah ada dengan ditemukannya bukti berupa jejak telapak kaki manusia.  Hanya saja yang membedakan manusia jaman itu dengan jaman lahirnya generasi Adam As berdasarkan keterangan para malaikat dalam Al Quran  surah Al Baqarah (2) : 30.adalah tabiat dan kesempurnaan akalnya. 

Gambar disamping ini adalah penemuan berikutnya yang merupakan sisa-sisa pondok batu berusia 1,7 juta tahun. yang ditemukan oleh Louis Leakey tahun 1970-an di daerah Olduvai Gorge. Reruntuhan pondok itu berada pada lapisan berusia 1,7 juta tahun. Sudah diketahui bahwa struktur bangunan seperti ini, serupa dengan yang masih ada di Afrika masa kini, hanya mampu dihasilkan oleh Homo sapiens, atau dengan kata lain, manusia modern. Yang terungkap dari reruntuhan ini adalah, manusia hidup satu zaman dengan makhluk yang dianggap para evolusionis sebagai makhluk serupa kera, yang mereka anggap nenek moyangnya.

Baiklah, sekarang akan saya coba ceritakan kembali sedikit tentang tentang sejarah manusia (purba?).  Dalam teori evolusi yang dikemukakan oleh Darwin, apa yang disebutnya sebagai “manusia purba” dalam skenario khayalan sebenarnya adalah kera yang telah punah, dan apa yang digolongkan kepada seri fosil  tersebut merupakan anggota dari beragam ras manusia yang hidup di masa lampau dan telah menghilang. Para pendukung teori evolusi menyusun beragam kera dan fosil manusia dalam urutan dari yang terkecil kepada yang terbesar untuk membentuk skema "evolusi manusia".

Berdasarkan hasil penelitian, bagaimanapun telah menunjukkan bahwa fosil-fosil ini sama sekali tidak mengarah kepada proses terjadinya evolusi dan beberapa dari fosil yang dianggap sebagai nenek moyang manusia ini benar-benar kera dan sebagian lagi benar-benar manusia.  Dari seluruh fosil yang telah ditemukan selama ini, tidak ada satu pun bentuk antara (bentuk perubahan) yang ditemukan, yang seharusnya ada jika makhluk hidup berevolusi tahap demi tahap dari spesies yang sederhana menjadi spesies yang lebih kompleks, seperti yang dinyatakan oleh teori evolusi. Jika makhluk seperti itu ada, seharusnya jumlahnya banyak sekali, berjuta-juta, bahkan bermiliar-miliar. Lebih dari itu, sisa dan kerangka makhluk semacam itu haruslah ada dalam catatan fosil. Kalau bentuk-bentuk antara ini benar-benar ada, jumlahnya akan melebihi jumlah spesies binatang yang kita kenal di masa kini. Seluruh dunia akan penuh dengan fosil makhluk tersebut. Para evolusionis mencari bentuk-bentuk antara ini di semua penelitian fosil yang menggebu-gebu, yang telah dilangsungkan sejak abad kesembilan belas. Akan tetapi, sama sekali tidak ditemukan jejak-jejak makhluk perantara ini, meskipun pencarian telah dilakukan dengan penuh semangat selama 150 tahun.   

Demikian informasi yang saya peroleh dari beberapa literature mengenai keruntuhan teori evolusi.
Ringkasnya, Al Basyar adalah spesies manusia yang memiliki ciri fisik sama dengan manusia modern (kita saat ini).  Fosil-fosilnya ditemukan berusia sekitar 2-10 juta tahun yang lalu.  Sampai sekarang pun ilmu pengetahuan modern belum bisa menginformasikan asal-usul  dan darimana kemunculannya di bumi.   Sedangkan Al Insan adalah spesies manusia yang berasal dari al basyar yang berakal.  Diperkirakan peradabannya baru puluhan ribu tahun.  Kemunculannya dibarengi dengan adanya peradaban lebih maju dalam hal pertanian dan peternakan yang dilakukan oleh keturunannya (Qabil, Habil dan keturunan Adam).
QS. Al Baqarah (2) : 30 - 38

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (30)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!"(31)

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (32)

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (33)

Apa yang tidak diketahui oleh malaikat adalah, bahwa ternyata mahluk yang bernama manusia generasi Adam  itu berbeda dengan yang diciptakan sebelumnya.  Manusia Adam mengetahui nama-nama yang tidak diketahui para malaikat, manusia Adam memiliki kecenderungan sifat benar dan salah, manusia Adam mempunyai kesadaran jika berbuat suatu kesalahan maka ia segera bertobat.

 Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al A’raaf (7):23)

Akhirnya, setelah malaikat mengetahui bahwa manusia yang akan dijadikan khalifah itu berbeda dengan sangkaan mereka, barulah mereka menjawab seperti dalam yang tercantum dalam Al Baqarah ayat 32-33.

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?

Wallahu’alamu bi sawab



4 komentar:

  1. Salam kenal, mas,..terima kasih dah mampir. Saya dah baca blognya, menarik, argumen yang menyejukkan tanpa ada komentar yang saling menyalahkan, dan semua berdasarkan dalil...maju terus.

    BalasHapus
  2. Penafsiran disertai dalil BISA SAJA ada benarnya, tapi penafsiran walau dilandasi dengan dalil namun tanpa keyakinan banyak merubah keyakinan menjadi kesesatan.

    ada beberapa hal dasar yg saya tanyakan :
    1. banyak orang yg menafsirkan Ayat2 Al Quran, Hadits, dsb. tapi apakah ada yg menjamin penafsiran mereka itu semuanya 100 % tepat dan benar??? apa buktinya ???
    2. Banyak para arkeolog menyatakn pendapt tentang penemuan2 fosil, benda2 purba, dsb dan memprediksi usianya. Apakah ada yg berani menjamin bahwa dg bantuan alat yg juga ciptaan manusia pendapat mereka itu 100 % benar??? adakah saksi yg bisa menguatkan pendapat mereka???

    Wahai sekalian manusia, berpikir dan bertindaklah berdasarkan 3 hukum :
    1. Hukum Tuhan (Agama)
    2. Hukum Alam
    3. Hukum Akal.

    BalasHapus
  3. Karena semua itu adalah tafsir – baik yang qauliyah maupun kauniyah – maka kesimpulannya memang tidak akan pernah mutlak. Yang filosofis maupun yang saintifik, semuanya bersifat relatif. Kebenaran mutlak hanya tersimpan di dalam Al Qur’an sebagai sumber ayat qauliyah, dan alam semesta sebagai sumber ayat kauniyah. Itulah sebabnya, seluruh bentuk tafsir Al Qur’an selalu akan mengalami perubahan dan perkembangan, sebagaimana juga yang terjadi pada sains.

    Dengan memahami semua ini, kita menjadi tahu peta persoalannya. Dan bisa memposisikan diri secara proporsional. Apalagi, ketika memasuki ranah diskusi antar pemikiran yang berbeda. Harus disamakan dulu frame-nya, agar diskusinya bisa ‘klik’ alias ‘nyambung’. Kalau tidak, hanya akan terjadi hit and run, dan dijamin tidak akan menemukan titik temu sebagai kesimpulannya. Yang satu berada di wilayah subyektif, yang lainnya berada di wilayah obyektif, misalnya. Atau, yang satu dan lainnya punya definisi berbeda terhadap masalah yang sama. Bagaimana mungkin bisa terjadi diskusi yang bagus dan berkualitas?

    BalasHapus