Selasa, 01 November 2011

SEMUA BERTASBIH


A.       Semua Bertasbih

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah.  Dan tidak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.  Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” QS. Al Israa (17) : 44.

Apa yang mereka lakukan, langit, bumi dan semua mahluk yang ada didalamnya sedang bertasbih dengan caranya mengagungkan Allah.  Air yang mengalir, petir yang menyambar, angin yang berhembus, sinar yang memancar, burung yang sedang terbang, semua mempunyai cara sendiri untuk bertasbih dan sembahyang.

“Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah : kepada-Nya bertasbih apa yang dilangit dan dibumi dan burung dengan mengembangkan sayapnya.  Masing-masing telah mengetahui sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”  An Nuur (24) : 41.

Mereka melakukan semua itu dengan keikhlasan dan ketaatannya, semua tunduk, berjalan dalam suatu rangkaian ketetapan yang harmonis.  Seluruh kegiatan mahluk disekitar kita sebenarnya merupakan bentuk tasbih dan sembahyang.

Bagaimana dengan manusia?

Bentuk tasbih yang dilakukan berbeda.  Masing-masing bertasbih dengan caranya sendiri.  Manusia dan jin diberi kebebasan oleh Allah untuk bertasbih atau tidak tentu dampaknya/konsekwensinya akan kembali pada mahluk itu sendiri.  Manusia dan jin memiliki kesadaran sendiri karena derajat “akal” yang diberikan Allah SWT lebih dari benda-benda yang kita anggap mati.
 
Bentuk ibadah yang dilakukan oleh manusia dan jin merupakan fitrah, dan apabila dilanggar sama dengan melanggar fitrah.  Saya contohkan : pada saat anda sedang mules, ingin buang air besar, maka fitrahnya adalah untuk segera dikeluarkan.  Jika kita langgar dengan cara menahannya, yang terjadi bisa merambat kemana-mana, dari sembelit sampai yang terparah karena tumpukan toksin yang terakumulasi tidak segera dikeluarkan.

Salah satu bentuk ibadah yang nyata adalah Shalat 5 waktu.  Dikatakan dalam hadist, bahwa shalat 5 waktu sehari semalam itu ibarat kita mandi 5 kali sehari.  Tentu tujuan yang dicapai dari ibadah ini adalah peningkatan kwalitas jiwa, meskipun menurut penelitian gerakan-gerakan shalat mampu meningkatkan kesehatan, tapi itu bukanlah tujuan utama.  Jika dilanggar, shalat dilakukan dengan tujuan lain bukan niat karena Allah, efeknya akan berimbas pada kwalitas jiwa itu sendiri.  Efeknya akan nampak pada saat si manusia itu menghadapi persoalan / permasalahan.  Orang yang benar-benar mendirikan shalat akan memiliki keyakinan dan kesabaran yang tinggi, apa pun permasalahannya akan selalu dihadapi dengan penuh keyakinan bahwa segala yang ada ini datangnya dari Allah, dan Allah pulalah yang akan menghilangkannya.  Singkat kata, mereka tidak mudah stress dalam menjalani hidup.    

Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu'min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu , dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (Annisaa (4) : 162)

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab   dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat  Allah   adalah  lebih  besar  . Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Ankabuut (29):45)

Allah berfirman pada ayat di atas, peningkatan kwalitas jiwa dilakukan dengan shalat, tetapi shalat yang dibarengi dengan ilmu dan kefahaman.  Dengan begitu, shalat yang kita lakukan akan berbias pada segala tingkah laku perbuatan kita, mampu mengendalikan diri dari perbuatan keji dan munkar.  Jangan heran jika kita menemui banyak orang yang shalat tapi kelakuannya tidak mencerminkan tercegahnya dari perbuatan keji dan munkar, karena yang dilakukan hanya sekedar “menggugurkan” kewajiban, meskipun efek raga/jasmaninya sehat, tetapi hasilnya bukanlah merupakan suatu bentuk tasbih kepada Allah, karena pikirannya tidak tertuju pada (mengingat) Allah SWT.     

B.      Semua Bergerak

“dan sebagian dari tanda-tanda-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia bergerak dan subur.  Sesungguhnya Tuhan menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” QS. Fushshilat (41) : 39.

Barangkali jika kita melihat air yang mengalir, pikiran kaum materialis akan mengatakan bahwa itu memang sudah sifatnya, bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah.  Itu sudah hukum alam. Batu, gunung, lempeng-lempeng bumi, pulau dan benua juga bergeser dan mengembang itu juga wajar.  Mereka tidak bisa bergerak sendiri dan kita anggap mati.  Namun tidaklah demikian, sesungguhnya mereka sedang bergerak, berkehendak menuju tujuan tertentu.

Seluruh mahluk yang ada dibumi, baik yang hidup dan yang dikatakan mati sebenarnya bergerak terbawa bumi yang sedang berotasi.  Matahari juga bergerak pada orbitnya mengelilingi sesuatu yang lebih besar lagi.  Lalu kita sebut saja galaksi ternyata juga sedang bergerak berpusar mengelilingi yang jauh lebih besar lagi dan seterusnya.   Semua bergerak dalam ketaatan dan keikhlasan, tidak membantah dan tunduk berdasarkan “ketentuan”.

Ternyata, yang “lebih besar” lagi itu juga berpusar mengelilingi “sesuatu”.  Semuanya berjalan sangat seimbang, serasi, terkoordinasi dengan sangat baik dan sangat teliti, seolah-olah sebuah tubuh raksasa yang sangat besar dengan organ tubuhnya adalah galaksi, matahari, planet-planet dan mahluk didalamnya.  Semuanya seperti terkendali, oleh “sesuatu” yang menurut kesimpulan saya berdasarkan dalil Al Qur’an berpusat kendali di “arsy”.

“Sesungguhnya, Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas ‘arsy’ untuk mengatur segala urusan……..” QS. Yunus (10):3.

Semua bagian terkecil di alam semesta ini saling terkoordinasi dengan bagian-bagian lainnya yang lebih luas, hingga membentuk suatu system organisme.  Dan dia bergerak berdasarkan suatu kendali.

Apa hubungannya semua ini dengan manusia?  Ternyata, kalau kita perhatikan, seluruh titik ditubuh kita pun bergerak, penyusun darahpun bergerak dalam suatu wadah organisme yang disebut jasad, semua berpusar mengikuti ‘suatu’ kendali.  Dimana? Siapa?....

Demikian Allah melalui alam semesta memberikan pelajaran kepada manusia, agar dengan memperhatikan alam sekitarnya, kita akhirnya bisa mengambil suatu pelajaran.

“Allah mencahayai langit dan bumi.  Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar.  Pelita itu di dalam kaca, kaca itu seakan-akan bintang seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur dan tidak disebelah barat, yang minyaknya hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.  Cahaya di atas cahaya, Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” QS. An-Nuur (24):35.

C.  Keseimbangan

Semua yang ada dipermukaan bumi ini diperuntukkan buat manusia, mulai hutan, tanah, tambang, bebatuan, gunung-gunung, lautan dan isinya, angin dan sebagainya.  Semua sudah tersedia, tertata dengan keseimbangan yang tidak ada duanya, tinggal bagaimana manusia itu sendiri memanfaatkannya dengan baik atau tidak. 

Jika faham yang saya maksud dari uraian-uraian diatas, maka saya katakan bahwa bergeraknya benda-benda yang kita anggap mati itu sebenarnya sedang bergerak menuju ke keseimbangannya kembali.  Karena pada dasarnya semua yang diciptakan Allah SWT dalam posisi keseimbangan dan keteraturan yang sangat luar biasa. 

Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Al Mulk (67) : 3)
Apabila terjadi sesuatu yang tidak seimbang, maka secara otomotis akan bergerak untuk kembali menjadi seimbang.  Demikianlah hal itu dirancang.
  
Seperti tubuh yang sedang sakit, sakit yang diderita manusia adalah suatu proses tubuh untuk mengeluarkan penyakit sehingga menjadi normal kembali.  Ibarat kita tersedak nasi, secara otomatis, kita akan bersin tanpa kita kehendaki dengan tujuan untuk mengeluarkan nasi tesebut yang dianggap dapat merusak dan membahayakan kesehatan jika tidak segera dikeluarkan. Dalam istilah pengobatan herbal/holistic, teori dimana tubuh akan bereaksi menuju keseimbangan menjadi sehat disebut dengan Healing Crisis/Reaksi Tindak balas.

Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang, (Al Infithaar (82) : 7)

Sama intinya dengan bencana yang tengah terjadi akhir-ahir ini.  Bumi sedang bereaksi menuju kearah perbaikan dikarenakan adanya sesuatu yang tidak seimbang.  Sampai kapan?  Ya sampai semua yang rusak akibat keserakahan manusia kembali normal.  Kasarnya bumi ini sedang “balas dendam” dengan cara berproses menuju keseimbangan kembali.

“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar”  QS Ruum (30) : 41

Selama manusia bisa mengelola bumi dengan keseimbangan dan tidak memperturutkan hawa nafsunya, maka bumi pun akan terus memberikan manfaatnya untuk kehidupan manusia sampai kapanpun.  Jika tidak, maka siap-siaplah kita akan menghadapi kiamat yang sesungguhnya.

“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya…” QS. AL Mu’minuun : 71

Bagaimana dengan Kiamat nanti, dimana bumi akan mengalami kehancurannya?  Jelas, bakal lebih ekstrim lagi.  Bumi akan diganti dengan bumi yang lain, begitupun langit.  Itulah yang disebut AKHIRAT.

Wallahu’alam bi sawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar