Dalam surat al-A'raf
:172 telah diinformasikan bahwa manusia telah berikrar kepada Allah sebelum ia
dilahirkan, sebagaimana firman-Nya: Alastu
birabbikum (bukankah aku ini Tuhanmu)? Tanya Allah kepada manusia
sebelum ia dilahirkan. Kemudian dengan tegas dijawab: "Bala
Syahidna (Betul, kami bersaksi bahwa engkau adalah Tuhan
kami). Dari sini kita ketahui bahwa manusia yang lahir telah dibekali tauhid
kepada Allah Sang Pencipta.
Setelah lahir keadaan di
sekitar sang bayi yang kemudian mempunyai pengaruh besar terhadap akidah sang
anak adalah: secara umum lingkungan sang anak, dan orangtua bayi khususnya;
sebagaimana sabda Rasulullah:
"Setiap manusia
dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua arang tuanyalah yang menyebabkan anak
itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi. "
Perkataan tauhid berasal
dari bahasa Arab, masdar dari kata
wahhad, yuwahhidu, Secara etimologis, tauhid berarti peng-esa-an. Maksudnya, iktikad atau keyakinan bahwa Allah SWT adalah Esa/Tunggal/Satu. Pengertian inl sejalan dengan pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu "keesaan Allah"; mentauhidkan berarti mengakui ke-esaan Allah; meng-esakan Allah". Kata tauhid tidak tercantum dalam al-Quran kecuali dalam hadits, yaitu pada saat Rasulullah mengirim Mu'adz ibn Jabal sebagai Gubernur di Yaman.
Inti dari ajaran tauhid
adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan Selain
Allah. Penegasan akan keEsaan Allah banyak sekali dinyatakan dalam Al Quran,
hal ini menepis tuduhan Dr. Robert Morey bahwa Al Quran tidak pernah
menguraikan makna atas kata-kata seperti "Allah". Ayat tersebut
antara lain:
1. Surat al Ikhlas : 1-4
:
"Katakanlah,
"Dialah Allah, Yang Maha Esa". Allah adalah Tuhan yang betgantung
kepada-Nya segala sesuatu. Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tak ada
seorang pun yang setara dengan-Nya.
2. Surat az Zumar : 4
"Maha suci Tuhan,
Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."
3. Surat an-Nisa' 171,
Surat al Maidah 73, Surat al-Ambiya : 22, dan beberapa ayat yang lain, baik
secara eksplisit maupun implisit menyebutkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak ada Tuhan selain Dia.
Keesaan Allah SWT tidak
hanya kesaan pada zat-Nya, tapi Juga esa pada sifat dan af’al (perbuatan) -Nya. Yang dimaksud dengan
esa pada zat ialah Zat Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian. Tidak ada
sekutu bagiNya dalam memerintah. Esa pada sifat berarti sifat Allah tidak sama
dengan sifat-sifat Yang lain dan tak seorangpun yang mempunyai sifat
sebagaimana sifat Allah SWT Esa pada af'al (perbuatan) berarti tidak ada
seorangpun memiliki perbuatan sebagaimana Perbuatan Allah. la Maha Esa clan menyendiri
dalam hal menciptakan, membuat, mewujudkan, dan membentuk sesuatu.
Tuhan yang tunggal ini
bukanlah suatu wujud seperti diri kita, yang dapat kita indera namun terkadang
tidak kita pahami eksistensinya. Dan Allah telah berkehendak untuk membuat
dirinya diketahui. Di dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman kepada
Muhammad: "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi; Aku ingin
dikenal. Kemudlan Aku ciptakan alam agar Aku bisa dikenal. Dengan
merenungkan tanda-tanda (ayat) alam dan ayat-ayat Al Quran, kaum Muslim dapat
memperoleh kilasan aspek keilahian yang telah dituangkan di alam semesta.
Seperti kedua agama yang
lebih tua, Islam menekankan bahwa kita hanya bisa melihat Tuhan melalui
aktivitasnya, yang menyesuaikan wujudnya yang tak terlukiskan itu dengan
pemahaman kita yang terbatas. Al Quran memerintahkan kaum Muslim untuk
menanamkan kesadaran yang tak terputus tentang Zat Tuhan yang melingkupi mereka
dari semua sisi: Ke manapun engkau berpaling, maka disanalah Allah. Al Quran
memandang Tuhan sebagai yang Mutlak, pemilik eksistensi sejati: Semua yang ada
di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan.
Di Dalam Al Quran, juga
disebutkan sembilan puluh sembilan nama atau sifat Tuhan. Ini menekankan bahwa
Dia "lebih besar", sumber dari semua kualitas positif yang kita
jumpai di alam semesta. Dengan demilcian, dunia menjadi ada hanya karena Dia yang
adalah Al Ghani (kaya
dan tak terbatas); memberi kehidupan (al
Muhyi); mengetahui segala sesuatu (al Alim), berbicara (al
Kalim); tanpa Dia, takkan ada kehidupan, pengetahuan, atau
kata-kata. Ini merupakan penegasan bahwa hanya Allah yang memiliki eksistensi
yang sejati dan nilai positif. Nama-nama Tuhan memainkan peran sentral dalam
peribadatan Muslim: nama-nama itu dibaca, dihitung pada bulir-bulir tasbih, dan
diucapkan untuk mempertajam kemampuan lain -selain logika- berupa mata hati
yang sanggup mengenalkan manusia kepada penciptaNya. Semua ini mengingatkan
kaum Muslim bahwa Tuhan yang mereka sembah tidak bisa dicakup oleh
kategori-kategori manusia dan mengelak dari definisi yang sederhana.
Rukun Islam yang pertama
adalah syahadat, pengakuan keimanan seorang Muslim; "Aku bersaksi bahwa
tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah." Ini bukan
sekedar penegasan atas eksistensi Tuhan tetapi sebuah pengakuan bahwa Allah
merupakan satu-satunya realitas sejati, satu-satunya bentuk eksistensi sejati.
Dia adalah satu-satunya realitas, keindahan, atau kesempurnaan sejati.
Mengucapkan penegasan ini menuntut kaum Muslim untuk mengintegrasikan kehidupan
mereka dengan menjadikan Allah segagai fokus dan prioritas tunggal mereka.
Penegasan tentang keesaan Allah bukan sekedar penyangkalan atas kelayakan
dewa-dewa, seperti "dewa bulan" untuk disembah.
Sumber : ISLAM DIHUJAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar